
Pulang ke Yogya
CERITA KE EMPAT
Pelaku Seni:Fadjar Sidik
Medium:
Tahun Pembuatan:1957-1961
Dimensi Karya:mm x mm x mm
Deskripsi:dalam buku Dinamika Proses Kreasi Kumpulan sketsa karya Sun Ardi yang menampilkan sketsa karya Fadjar Sidik yang diterbitkan oleh Badan Penerbit ISI Yogyakarta pada tahun 1991
Pada tahun 1961, dalam suasana hati yang kehilangan objek-objek Bali itu, Abas Alibasyah mengajaknya pulang ke Yogyakarta untuk mengajar di ASRI. Di balik ajakan itu sebenarnya ada motivasi Abas untuk bersama Fadjar Sidik mengimbangi Pengaruh Lekra yang mulai meluas di ASRI. Fajar Mulai mengajar di ASRI dan semakin kuat mengeksplorasi bentuk-bentuk abstrak dalam karyanya. Apalagi pada masa Yogya, G. Sidharta dan Handrio juga telah memulai membuat pecahan-pecahan geometrik yang mengarah pada bentuk-bentuk kubistik.
Ungkapan pelukis-pelukis ini merupakan sikap maverick (pemberontak) dalam dominasi estetika “Seni untuk Rakyat” yang semakin Politis di Yogyarta pada pertengahan 1960-an. Konsekuensi dari sikap maverik itu adalah mereka berkarya hampir tanpa dukungan yang kuat. Masih beruntung Fajar Sidik dan Abas Alibasyah terhindar dari hujatan orang-orang Lekra, karena mereka menjadi anggota LKN underbow Partai Nasional Indonesia (PNI) yang merupakan aliansi Nasionalis, Agama, dan komunis (Nasakom)[1].
Pada tahun 1960-an di mana estetika berhaluan Indonesia adalah estetika Realisme Sosial dan diberi dukungan ideologi oleh rejim Sukarno yang anti Amerika. Sebelum mengunakan Aliran Abstrak Fajar sidik menggambar dengan seketsa dengan Aliran Realisme Sosialis. Ini dapat dibuktikan pada 1957 sampai 1961 objek karyanya seperti alam dan aktifitas masyarakat[2]. Realisme sosialis adalah gaya seni realistik yang dikembangkan di Uni Soviet dan menjadi gaya dominan di negara itu dan juga di negara-negara sosialis lainnya. Realisme sosialis dicirikan oleh penggambaran nilai komunis yang dimuliakan, seperti emansipasi kaum proletar, dengan citra realistis. Meski terkait, tidak boleh disalahartikan dengan realisme sosial, sejenis seni yang secara realistis menggambarkan subyek kepedulian sosial[3]. Seni dipenuhi dengan kesehatan dan kebahagiaan: lukisan menunjukkan adegan industri dan pertanian yang sibuk; Patung menggambarkan pekerja, penjaga, dan anak-anak sekolah[4].
Pelaku Seni:Fadjar Sidik
Medium:
Tahun Pembuatan:1957-1961
Dimensi Karya:mm x mm x mm
Deskripsi:
Kumpulan Karya milik Fadjar Sidik dalam sketsa Dinamika Proses Kreasi yang ditulis oleh Sun Ardi diterbitkan oleh BP ISI Yogyakarta pada tahun 1991
Bentrok antara Pemikiran Lekra dan Manifes Kebudayaan terjadi pada 1963 dalam wujud Pertarungan dua wacana yang berbeda perangkat simbol, ikon dan maknanya, antara Realisme Sosial dan Humanisme Universal.
Selama hampir satu setengah tahun (1968-1970) belajar di Selandia Baru tentang Art Restoration Technique and Conservation. Bentuk-bentuk persegi, bulatan, segi tiga, sgi tak ‘beraturan’ sangat berfariasi baik ukuran, maupun letaknya yang di organisir secara dinamis seolah terus bergerak. Inilah kemudian di sebut “Dinamika keruangan”. Bentuk ini menggambarkan terutama selama ia berada di Selandia Baru, di mana ia mengalami masa-masa sepi, terasing, dan rindu[5].
[1] ibid
[2] http://archive.ivaa-online.org/pelakuseni/fadjar-sidik-1/page:2
[3] Todd, James G. “Social Realism”. Art Terms. Museum of Modern Art, 2009.
[5] M. Dwi Marianto dan Agus Burhan. Fajar Sidik : Dinamika Bentuk dan Ruang. 2002. Halaman 63.
Sumber Gambar
http://archive.ivaa-online.org/pelakuseni/fadjar-sidik-1/page:2