Terdekam, Terekam, Tak Pernah Mati

Apa yang paling misteri dalam hidup ini? kita tak pernah tahu kapan dan di mana kita akan mati. Tapi Arnold Ap tahu sekali kapan dan di mana dia akan mati.

Arnold Ap lahir 1 Juni 1945 ketika Piagam Jakarta dituangkan untuk pertama kali. Sekarang diperingati sebagai Peringatan Hari Lahir Pancasila. Arnold Ap di kenal sebagai budayawan yang mencari akar sejarah kebudayaan tanah kelahirnya di bumi candrawasih. Lelaki yang disapa Arnold ini dikenal sebagai Kurator Museum Universitas Canderawasih, di Papua Barat.

“Apa yang tak bisa dicuri darimu?  Itu adalah musik dalam jiwamu,” ungkap Andy Dufresne dalam film The Shawshank Redemption. Sebuah Film yang menggambarkan kesalahan struktur peradilan dan kehidupan penjara yang tidak bertanggung jawab.  

Musiklah yang membuat Arnold dikenal dan dijiwai, ia merupakan ketua grup Membesak dan memperkenalkan budaya Papua dalam acara radio mingguan.

Menurut Ngurah Suryawan, Membesak itu  “mengangkat kesenian rakyat Papua yang berakar pada lagu-lagu dan tari-tarian rakyat yang hidup pada keseharian rakyat Papua… memperkenalkan bahasa Indonesia dengan logat Papua dan menguraikan beberapa unsur kebudayaan Papua.”

Pengaruh Pemerintah waktu itu membuat masyarakat terasing, terdesak mecari jati dirinya, Membesak memberikan nuansa  yang lebih dekat dengan kehidupan masyarakat Papua. Tapi aktifitas Arnold yang menelusuri akar budaya dan musik Papua membuat pemerintah waktu itu paranoid.

Paranoid Persatuan

Seorang Brimob, yang mengetahui peristiwa pembunuhan Arnold, mengonfirmasi bahwa pejabat kemiliteran memang menganggap Arnold sebagai “orang yang sangat berbahaya karena aktivitas-aktivitas para pemain kelompok Mambesaknya dan menghendaki ia dihukum mati atau dihukum seumur hidup, namun tidak ada bukti untuk dibawa ke peradilan.” (oh, mengapa sang Brimob tak ke Pskiater saja tampak jelas paranoid atau rasa takutnya)

Waktu itu pemerintah agak paradox dalam makna apa itu persatuan dan nasionalisme. Gelap mata lupa semboyan Bineka Tunggal Ika, Cuma geger kuasa. Sehingga persatuan yang ditafsirkan pemerintah waktu itu seperti berusaha keras menyatukan rakyat indonesia di bawah pengaruh budaya Jawa atau Politik Identitas. Tidak berdasarkan keberagaman, seperti ragam ratusan tanaman dan khasiatnya di hutan Papua.

Pada bulan November 1983, Arnold ditangkap oleh pasukan khusus militer Indonesia, Kopassus, lalu dipenjara dan disiksa atas dugaan menjadi simpatisan Organisasi Papua Merdeka (OPM) meski pada akhirnya tidak ada tuduhan yang ditetapkan. Sebenarya militer kehabisan akal dengan kesadaran orang Papua.

‘Mati hari ini, besok, kapan pun sama saja. Kenapa harus takut mati? Yang penting kita kerja baik untuk tanah dan bangsa Papua, supaya orang Papua bisa kenang…’ mengenang perkataan Nicalaus Yeem, yang mati di penjara dan karena penyiksaan bertahun-tahun lamanya.

Pada Tahun 1984, tepatnya 21 April atau bertepatan dengan berakhirnya Revolusi Texsas, Tornado di Misisippi, Hari Kartini, Arnold terbunuh akibat tembakan senjata api di punggungnya. Kesaksian resmi mengklaim ia berusaha kabur dari penjara. Banyak pendukungnya percaya bahwa ia dieksekusi oleh Kopassus. Musisi lain bernama Eddie Mofu juga terbunuh.

(Ku ingin kita membuka perangkat musik digital ketika kalian telah sampai di sini. Untuk mendengarkan lirik “Hidup Ini Suatu Misteri” dari orang  yang dianggab berbahaya ini)

Hidup Ini Suatu Misteri

Oleh  : Arnold C AP

Hidup ini suatu misteri


Tak terbayang juga tak terduga

Beginilah kenyataan ini

Aku tekurung di dalam duniaku


Yang kudamba, yang kunanti

Tiada lain hanya kebebasan


Andai saja aku burung elang

Terbang tinggi mata menelusur

Tapi sayang sial burung sial

Jadi buruan akhirnya terbunuh


Yang kudamba yang kunanti

Tiada lain hanya kebebasan.

(Bagaimana telahkah kalian mendengar musik orang yang dianggab berbahaya ini? Aku  sendiri merasakan  lirik yang indah, takut karena tahu akan ajal, sedih, harapan suatu kombinasi yang beragam nan harmonis. “Mungkin kamu berpikir saya ini sedang melakukan hal bodoh, tapi ini lah yang saya pikir dapat saya lakukan untuk rakyat, sebelum saya mati’ demikian ungkapan Arnold yang populer dikutip)

Lagu ini tulis dalam penjara. Direkam secara akustik. Dari kaset tape yang diselundupkan ke luar penjara menuju kamp pengungsian di Papua New Guinea. Menjadi hadiah perpisahan musisi, budayawan, antopologis bagi Corry Bukopioper, Perempuan yang dinikahinya  di tahun 1974.

Terekam tak pernah mati

Musik masih menjadi sumber utama Membesak akan penyadaran  akar budaya di Papua Barat. Seperti motto Membesak “kita bernyanyi untuk hidup yang dulu, sekarang dan nanti. “ Arnold Ap dan Mambesak masih populer di Papua Barat. Karya-karya mereka dipandang sebagai apa yang dirasakan dan dekat dengan keseharian masyarakat Papua.

Sejak 1990-an, pemerintah Indonesia secara berhati-hati mulai mengizinkan ekspresi budaya pribumi Papua.

Arnold Ap mungkin telah terlupakan bagi para pemaksaan persatuan atau nasionalisme. Namun ruh suci dalam musiknya masih menyebar dikanal-kanal digital, meski  kematian fisiknya di dalam penjara tak bertanggung jawab, tapi semua terekam tak pernah mati.

Terdekam, Terekam, Tak Pernah Mati
  1. Section 1